images

Puisi Indra Intisa

Mukadimah

Tema hujan dalam puisi, boleh jadi, diungkapkan sekian banyak penyair di Indonesia. Tema tersebut menarasikan pengalaman yang tersentuh penginderaan, terpatri dalam benak pikiran dan perasaan, dan ternapasi dalam lelembutan penyair.

Tema hujan dapat menjadi ingatan kolektif sebuah komunitas, semisal penerimaan kita atas puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono. Pada tahap ini ingatan kita atas peristiwa hujan telah diperkaya oleh terma hujan yang khas digambarkan puisi tersebut atau puisi penyair lain –seperti puisi “Dari Kota Hujan” karya Acep Zamzam Noor.

Syahdan, demikian pula yang terjadi pada puisi Indra Intisa. Puisi “Hujan Turun Kembali” dan “Hujan Turun Kembali, 2” akan memperkaya ingatan kolektif kita atas tema hujan. Bagaimana tema hujan menjadi terma hujan yang disampaikan kedua puisi ini?

Saya mencatat ada beberapa hal yang membuat kedua puisi ini perlu dibahas. Pertama, diksi yang ditulis meluncur dengan matang, seperti terbaca pada larik /matamu menjelma laut/. Kedua, ketatabahasan apik ditimbang, seperti penulisan partikel ku dan kau yang menempel pada kata yang mengikuti atau diikutinya.

Ketiga. tema hujan diungkapkan dengan metafor yang hidup, seperti pada bait I puisi “Hujan Turun Lagi, 2”, terbaca //derau-derau hujan/jatuh lagi di telinga./ranting-ranting berdenting/daun-daun berayun/kita berbuai dalam badai.//.

Terakhir, gradasi suasana antarlarik dan bait disusun dalam kohesi gagasan dan koherensi makna yang kuat. Hal ini terbaca dalam /meniti bayangan lampau/(bait 1), /kita terbuai oleh masa/(bait 2), //diam-diam kausembunyi/tak kutemukan kaukembali// (bait 3), dan /kucari-kucari namamu/ (bait 4).

Hal yang berbeda ditemukan pada puisi ketiga “Perkakas Rindu”. Diksi dan ketatabahasaan masih kuat mendukung tema. Hanya saja, gradasi suasana antarlarik dalam dua sekuel bait tersebut tidak sekohesif dan sekoherensif pada dua puisi sebelumnya. Tabik! (Nizar Machyuzaar)

Mangkubumi, 12 Februari 2022

Salam Redaksi
Nana Sastrawan

Hujan Turun
Kembali

hujan turun kembali:
matamu menjelma ulat
dalam desah debur.
meniti bayangan lampau.

daun-daun lekuk tarian
mengikuti alur angin.
kita terbuai oleh masa.
“ayo kita jadi cuaca!”

diam-diam kausembunyi
tak kutemukan kaukembali.

hujan turun kembali:
denting-denting di jendela
kucari-kucari namamu.

Desember 2021

Hujan Turun
Kembali, 2

derau-derau hujan
jatuh lagi di telinga.
ranting-ranting berdenting
daun-daun berayun
kita berbuai dalam badai.

“bukalah telingamu!” serumu.
kau bersenandung
bersama burung-burung.
kita menjala
ikan-ikan menyala.

“jangan lagi pergi!” pintaku.
rapat-rapat telinga kuikat
tak ingin kulepas suaramu.

Desember, 2021

Perkakas Rindu

(i)
bau rumput yang ditebas oleh ibu
adalah rindu di perkakas waktu.
decak-decak mengulang lampau
desau angin menghapus risau
adalah pisau
yang mengiris-iris tangis.

(ii)
seekor belalang
di topi bundar ibu
dan kita tertawa
di sepanjang usia.

2022

Indra Intisa yang disapa Ompi telah menerbitkan beberapa buku sastra seperti buku puisi, novel, cerpen, dan esai. Beberapa karyanya pernah terbit di media cetak dan online. Saat ini tinggal di Dharmasraya, Sumatera Barat.