Puisi Atthar Neisyaburi

Puisi Atthar Neisyaburi

Puisi Atthar Neisyaburi

Atthar Neisyaburi

Fariduddin Abu Hamid Muhammad ibn Abu Bakar Ibrahim ibn Ishaq Atthar Kadkani Neisyaburi adalah nama lengkapnya. Dia lahir kira-kira pada tahun 537 H (1142 M). di Kadkan di wilayah Neisyabur, Iran. Ayahnya adalah seorang pembuat minyak wangi dan peracik obat, sepeninggalannya Atthar meneruskan usaha ayahnya ini. Keterangan mengenai hal ini ditulis Atthar dalam salatu bait puisinya:

به دارو خانه، پانصد شخص بودند/ که هر روز، نبضم نمودند

Di kedai penjual obat ada lima ratus orang
setiap hari menunjukkan nadinya[1]

Atthar selain pembuat minyak wangi, penjual dan peracik obat, dalam daftar ilmuan berkebangsaan Iran dia juga tercatat sebagai astronom handal. Hal ini direkam oleh penyair besar Persia lainnya Jalaluddin Rumi dalam satu bait puisinya:

هفت شهر عشق را عطار گشت/ ما هنوز اندر خم یک کوچهایم

Atthar telah menembus tujuh kota cinta
Sedangkan kita masih terbungkuk di satu gang kecil

Atthar banyak meninggalkan karya besar, berikut adalah karya-karya besar sang maestro dalam bentuk syair yang sampai pada kita: Mantiq At Thair, Asrar Nameh, Ilahi Nameh, Musibat Nameh, Mukhtar Nameh, dan terakhir dalam bentuk karangan adalah Tazkirat al Auliya. Atthar wafat  pada tahun 627 H (1229 M.) Ia wafat pada saat  invasi bangsa Mongol ke Persia Atthar banyak sekali puisinya yang ditulis unutk menyanjung sang Nabi, berikut adalah salah satu puisinya tentang pujian kepada Rasul.

Terbaik Di Dua Alam

Apa yang harus ku ucap? Tuhan saja memujimu
Nama-Nya dan nama mu tertulis sejajar

Muhammad shadiq al Amin
Dunia dibuatnya rahmatan li al a’lamin

Penciptaan Muhammad tanda kekuasaan tuhan
Kebanggaan dan mahkota petunjuk dari yang berpaling darinya

Muhammad ciptaan terbaik di dua alam
Syariat agama dan dunia, kebanggaan manusia

Dunia bak sebuah kemah, hanya membutuhkan seorang penyapu
Planet bak sebuah rumah sufi, hanya butuh satu mursyid

Adam hanya terbuat antara tanah dan air
Tapi Muhammad raja bagi dunia jiwa dan hati

Wujud adam adalah setitik dari Nur Muhammad
Maka malaikat pun sujud kepadanya

Karena cahaya dititipkan kepadanya untuk semesta
Ketika Abdullah datang Adam mengembalikannya

Yang datang kepadanya akan berubah
Walau sebelumnya matang, akan tambah masak

Ketika umur empat puluh dia sedang khalwat
Saat itu datang Jibril

Sampai akhir Ia berdakwah secara terang
Syariat menjadi baru dan Islam kembali bergairah

Dia telah menuntun dunia
Dari setiap inti pembicaraan dia ambil saripatinya

Dengan wangi rambutnya dunia bernafas
Dengan wajahnya, cahaya sampai kembali

Wangi kasturi dari dua gelungan rambutnya
Di bawah setiap helai rambut seratus jiwa berteduh

Walau jiwanya diselimuti cahaya haq
Tetapi masih saja orang-orang kafir mengoloknya

Kadang giginya tampak seperti batu permata
Kadang kaki bengkak karena ketaatan

Dunia dan akhirat mengambil manfaat dari wujudnya
Planet dan semestanya juga darinya

Ketika dia memutar jari-jari
Jibril datang memberi petunjuk

Wahai tuan hati dari sebuah jari yang jauh
Bahwa amalan tidak datang dari cahaya jari

Planet dari wujudmu, diikuti sebuah jari
Kenapa sibuk dengan jari dan jari?[2]

Ada tasbih yang melingkar di jarimu
Adalah tasbih di tangan para lelaki

Demi kau, yang menjadikan bulan lingkaran bidik
Dengan jarimu kau belah si mata waktu

(Diterjemahkan oleh Bastian Zulyeno, Ph.D.)

[1]  Berobat
[2]  Kisah nabi Muhammad yang membelah bulan dengan jarinya.