perayaan hari puisi

Perayaan HPI Bekasi Raya, Puncak Setelah 7 Putaran

Hari Puisi Indonesia dideklarasikan pada 22 November 2012 di Riau. Teks deklarasi dibaca oleh Sutardji Calzoum Bachri setelah ditandatangi oleh 40 penyair yang hadir dari Aceh sampai Papua. Dalam deklarasinya, tanggal 26 Juli, hari lahir Chairil Anwar ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia. Sejak itulah, tiap tanggal 26 Juli, Hari Puisi Indonesia senantiasa dirayakan.  Salah satu tujuan deklarasi tersebut sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih, sebab puisi telah berperan dalam pembentukan NKRI. Mulai dari kata “Indonesia” pada puisi Muhammad Yamin sampai lahirnya Soempah Pemuda, sebelum Indonesia merdeka. Tujuan lainnya adalah bagaimana puisi terus mewarnai kehidupan masyarakat secara luas.

Puisi harus kita lihat dalam konteks yang luas. Kita tahu, bila dilihat dari kaca mata literasi, puisi terbagi menjadi dua, yakni puisi teks dan puisi diri. Puisi teks adalah apa yang kita tulis dan kita baca. Puisi diri adalah apa yang tak bisa kita tulis namun tetap bisa kita baca. Apa itu? Berbuat baik pada orang lain, menjaga persatuan dan perdamaian, peduli lingkungan, bekerja mencari nafkah, mendukung acara puisi, menjadi juri lomba puisi, tidak melakukan korupsi, hadir di acara perayaan puisi seperti ini, dan lainnya adalah puisi diri.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Yayasan Hari Puisi mengimbau kepada seluruh masyarakat  Indonesia agar merayakan Hari Puisi Indonesia secara sukarela dan penuh kebahagiaan.  Tahun ini, ada sekitar 67 perayaan telah digelar di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya di Bekasi Raya yang laksanakan oleh Forum Kesenian Bekasi Raya (FKBR).

Demikian kira-kira yang disampaikan Sofyan RH. Zaid selaku sekretaris panitia Hari Puisi Indonesia 2018 mewakili Yayasan Hari Puisi pada Puncak Perayaan Hari Puisi Indonesia Bekasi Raya (20/10/2018). Sebelumnya, Kong Guntur Elmogas, maestro pantun Indonesia ini setia mendukung perayaan Hari Puisi Indonesia di Bekasi Raya menyampaikan dalam sekapursirihnya, bahwa, pelaksanaan HPI tahun ini di Bekasi Raya penuh kejaiban. Dari sekadar obrolan ringan, kemudian banyak pihak yang menawarkan diri dan bersedia sebagai tuan rumah. Apa yang disampaikan Kong Guntur, budayawan yang selalu mengaku “kong sudah tua, usia sudah 27 tahun” ini dibenarkan oleh Hilalluddin Yusri selaku tuan rumah dalam sambutannya. Dia mengaku bahwa acara ini berawal dari obrolan singkatnya dengan Kong Guntur beberapa waktu lalu. Hilal juga mengaku, senang pada puisi dan sempat belajar membaca puisi, makanya dia bersedia rumahnya menjadi tempat acara puncak perayaan HPI.

Sementara itu, menurut laporan ketua panitia, Dyah Kencono, “Malam ini merupakan puncak perayaan Hari Puisi Indonesia 2018 Bekasi Raya yang kami gelar di kediaman Bang Hilalludin Yusri, Ujung Harapan Bahagia, Bekasi”. Lebih lanjut, Dyah menjelaskan bahwa  sebelumnya, perayaan HPI Bekasi Raya yang bertema “Gaung Puisi di Tapal Batas Bekasi” telah digelar di tujuh tempat yang berbeda, yakni:

1. Sekolah Alam Prasasti yang diprakarsai oleh Komarudin Ibnu Mikam;
2. Komunitas Mendut Tambun yang diprakarsai oleh Raden Sudarmono;
3. Madrasah, Jaka Sampurna yang diprakarsai oleh Fahmi Benhud;
4. Islamic Centre yang diprakarsai oleh Kong Guntur Elmogas;
5. BKMB Kartini yang diprakarsai oleh Abdul Choir;
6. Dinas Pendidikan Kota Bekasi yang diprakarsai oleh DKB Kota atau Ridwan Marhid
7. Saung Bitung yang diprakarsai oleh DKB Kabupaten atau Iswandi Ichsan.

Pada acara tersebut, panitia menghadirkan bintang tamu budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra. Dalam penampilannya yang khas, Yahya mengawalinya dengan lantunan ayat-ayat suci Alquran, kemudian berlanjut membaca hikayat yang bercerita tentang siksa neraka. Selain Yahya, Rian Hamzah selaku MC memanggil satu persatu penyair untuk tampil membaca puisi di antara sekawanan obor yang menyala, seperti Ridwan Ch Marhid dan istri, Fahmi Benhud, Ridwan Fauzi sekeluarga, Diana Prima Resmana, Nila Hapsari, Armen S Doang, Ali Satri Efendi, Wieke, dan lainnya.

Di antara yang hadir, terlihat wajah-wajah yang tidak asing di masyarakat puisi Indonesia, seperti Ayid Suyitno Ps, Wig MS, Widodo Arundono, serta Giyanto Subagio, Asep Setiawan, dan Jaronah Abdullah yang datang dari Jakarta.

Setelah serangkain pembacaan puisi dan musik, akhirnya acara ditutup dengan nobar film puisi karya Rian Hamzah sambil menikmati makan malam yang disediakan tuan rumah. Seperti embun yang menetes, satu persatu yang hadir pulang kepada kesunyian masing-masing.