Info Hari Puisi – Dalam upaya mematangkan Perayaan Hari Puisi Indonesia (HPI), pada 17-19 Oktober 2018, Pengurus Yayasan Hari Puisi, sengaja bertandang menjumpai penyair Irawan Sandhya Wiraatmaja, yang kebetulan menjabat sebagai Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Pertemuan diselenggarakan selepas shalat Dzuhur di Gedung ANRI, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Senin (9/7/2018).
Hadir dalam pertemuan itu, Pengurus YHP, Maman S Mahayana (Ketua YHP), Asrizal Nur (Ketua Pelaksana), Bastian Zulyeno (Ketua Program), Ariany Isnamurti (Bendahara), dan Nana Kartika (Panitia). Pertemuan yang kemudian jadi diskusi tentang puisi itu, berlangsung hampir 2,5 jam.
“Tujuan utama kedatangan Pengurus YHP memang hendak meminta kesediaan Irawan SW sebagai intelektual menyampaikan Pidato Kebudayaan pada acara Puncak Hari Puisi Indonesia (HPI) (19/10/18),” ujar Ketua Panitia HPI 2018, Asrizal Nur kepada haripuisi.info, di Jakarta, Selasa (10/7/18).
Dengan kesadaran, pentingnya puisi dalam kehidupan bangsa Indonesia, Irawan SW kemudian menyatakan kesediaannya untuk menyampaikan Pidato Kebudayaan pada acara Puncak HPI 2018.
“Saya siap dan bersedia,” pungkas Irawan.
PUISI SEBAGAI ARSIP KEHIDUPAN
Perbincangan hangat pun berlanjut dengan membicarakan tema Hari Puisi Indonesia (HPI) 2018. Ketua Yayasan Hari Puisi, Maman S. Mahayana mengatakan, HPI 2018 akan mengusung tema “Puisi sebagai Renjana dan Semangat Budaya”.
“Tema tersebut bermakna, bahwa melalui puisi, bangsa Indonesia dapat mempererat renjana (passion) keindonesiaan. Merayakan kebinekaan, memperkaya makna toleransi, dan menutup lahirnya ujaran kebencian,” terang Maman.
Lebih lanjut, Maman menambahkan, substansi puisi adalah permainan bahasa. Maka, melalui bahasa yang inspiratif, bahasa Indonesia dapat berkembang sebagi bahasa dunia.
“Dan puisi hampir selalu menghadirkan bahasa inspiratif,” papar Maman.
Sementara itu, Irawan SW mengaku, tema HPI 2018, bertajuk “Puisi sebagai Renjana dan Semangat Budaya, sesuai dengan visinya sebagai Kepala ANRI.
Ia mengatakan, arsip sering sekali diabaikan oleh masyarakat. Padahal, lanjut Irawan, puisi adalah barang yang penting untuk melihat masa lalu catatan dan pemikiran bangsa ini.
“Kita dapat belajar dari arsip masa lalu, bagaimana para ulama, intelektual, dan para sultan di Nusantara mengungkapkan pemikirannya tentang kehidupan sosial, filsafat, geografi, ketatanegaraan, korespondensi dengan bangsa asing, perlawanan, dan seterusnya, dalam bentuk tertulis. Semua arsip itu merupakan fakta sejarah, catatan faktual. Maka, kita perlu mengungkap arsip-arsip itu,” demikian dikatakan Irawan.
“Puisi pada hakikatnya, juga arsip. Ia arsip pribadi seorang penyair tentang kegelisahan batin dan pemikiran,” sambung Irawan menambahkan.
Sebagaimana diketahui, Penyair yang memperoleh Anugerah Hari Puisi 2017 itu, kerap membagikan buku-buku puisinya ke kantor-kantor arsip dan perpustakaan di berbagai daerah. Tujuannya agar puisi dapat menjadi bagian tak terpisahkan dalam tata kelola birokrasi dan kehidupan sosial.
“Bagaimana menyampaikan perintah kepada anak buah dapat menumbuhkan kegairahan kerja, semangat bekerja sama, dan kreativitas,” ujar Irawan.
Selain itu, lanjut Irawan menambahkan, Puisi dapat mengajari kita dalam perkara pilihan kata, diksi, dan pesan metaforis, agar tercipta suasana yang tidak kaku, monoton, dan memahami perintah tidak artifisial, tetapi diterjemahkan secara kreatif dan bertanggung jawab.
Ketika ditanya, apa harapannya tentang posisi penyair dan sastrawan Indonesia di masa depan? Irawan menegaskan, Penyair mesti menempatkan diri sebagai intelektual.
“Maka, memperdalam wawasan dan meluaskan pergaulan dengan masyarakat mancanegara, perlu menjadi kesadaran bersama,” tandasnya. [Arief Hsb]
Puisi telah menjadi mutiara pada cangkang dunia. Bersama Hari Puisi Indonesia, kemilaunya semakin memukau. Aku ingin menjadi bagian dari Hari Puisi Indonesia yang mendunia di tengah mendunianya Chairil Anwar dalam buah penanya.